Tri Yulis Irawan Raih Juara Nasional Gtk Transformatif 2025: Inovasi Arka Dari Desa Kutayasa Menginspirasi Indonesia
Dunia pendidikan Indonesia kembali menorehkan babak penting melalui prestasi membanggakan yang lahir dari sekolah dasar di pedesaan. Tri Yulis Irawan, S.Pd., guru SD Negeri 1 Kutayasa Bawang, Kabupaten Banjarnegara, resmi dinobatkan sebagai Juara Terbaik 1 Nasional GTK Kategori Transformatif Tahun 2025, mewakili Provinsi Jawa Tengah. Penghargaan ini bukan sekadar capaian pribadi, tetapi juga simbol bahwa inovasi besar dapat tumbuh dari ruang kelas yang sederhana.
Sosok Guru yang Tenang, Tekun, dan Penuh Terobosan
Tri Yulis lahir dan besar di Banjarnegara, wilayah yang dikenal dengan tradisi gotong royong dan semangat belajar tinggi. Sejak awal kariernya sebagai pendidik, ia dikenal sebagai sosok yang tenang, penuh kesabaran, namun selalu kaya ide kreatif. Rekan-rekan guru menggambarkan dirinya sebagai penggerak perubahan yang tidak berhenti mencari cara agar pembelajaran terasa hidup, bermakna, dan memberi pengalaman mendalam bagi setiap murid.
Di SD Negeri 1 Kutayasa Bawang, ia menghadapi berbagai tantangan nyata, antara lain:
- keterbatasan fasilitas belajar,
- motivasi belajar siswa yang fluktuatif,
- kemampuan literasi yang harus ditingkatkan,
- kesenjangan proses pembelajaran antara murid satu dengan lainnya.
Alih-alih menyerah atau sekadar mengikuti pola lama, Tri Yulis menjadikan tantangan tersebut sebagai pendorong inovasi.
Inovasi ARKA: Gerakan Literasi Berbasis Data dan Refleksi
Dari proses observasi, refleksi, dan eksperimen yang panjang, lahirlah inovasi bernama ARKA (Active Regulated Knowledge Agent). ARKA bukan hanya sebuah media pembelajaran, tetapi sebuah sistem literasi bertahap yang mengajarkan siswa untuk berpikir aktif, terstruktur, dan kritis.
Model ARKA dibangun secara sistematis berdasarkan jenjang kelas:
Kelas IV – Lab Ide Pokok
Program ini melatih siswa menemukan ide pokok dan informasi penting dalam bacaan secara runtut dan terarah.
Kelas V – LITRA (Literasi Cerita Anak)
Siswa diajak memahami unsur intrinsik cerita anak, sekaligus menyusun analisis sederhana terhadap alur, tokoh, latar, dan pesan moral.
Kelas VI – AKAR (Analisis Kritis Bacaan)
Melalui pendekatan 5W+1H, siswa kelas VI diajarkan menganalisis bacaan secara kritis dan menghasilkan kesimpulan yang logis.
Kelas VI – Kembang Paragraf
Tahap ini melatih siswa mengembangkan paragraf dengan struktur kuat, koheren, dan komunikatif.
Inovasi ini dirancang secara berjenjang agar siswa tidak hanya mampu membaca, tetapi juga mampu menafsirkan, menganalisis, serta menyampaikan kembali informasi secara kritis dan kreatif.
Dampak Riil: Literasi yang Semula Rutin Menjadi Gerakan
Implementasi ARKA membawa perubahan besar di sekolah:
1. Peningkatan kemampuan membaca pemahaman
Berdasarkan evaluasi kelas dan analisis pendampingan belajar, tingkat pemahaman siswa meningkat signifikan.
2. Minat literasi tumbuh secara alami
Siswa menikmati kegiatan membaca karena disajikan melalui pendekatan menarik, bertahap, dan tidak membebani.
3. Keterlibatan orang tua dan guru meningkat
ARKA membuka ruang kolaborasi antara guru, siswa, dan orang tua sehingga proses belajar berlangsung secara menyeluruh.
4. Integrasi teknologi dan kecerdasan buatan
Tri Yulis memanfaatkan simulasi AI untuk melatih analisis bacaan, menjadikan siswa terbiasa dengan pembelajaran abad ke-21.
Tri Yulis menegaskan bahwa teknologi dapat berjalan berdampingan dengan kreativitas guru.
“Kreativitas guru bisa berpadu dengan teknologi. Anak-anak jadi terbiasa berpikir sistematis dan kritis,” ujarnya.
Dari Banjarnegara menuju Panggung Nasional
Inovasi ARKA kemudian diikutsertakan dalam Apresiasi GTK Jawa Tengah 2025. Dari ratusan peserta di seluruh provinsi, Tri Yulis berhasil masuk dalam jajaran terbaik kategori Transformatif. Keberhasilan ini menjadi tiketnya untuk melaju ke ajang apresiasi tingkat nasional.
Di tingkat nasional, ia mempresentasikan ARKA dengan penuh percaya diri, data yang kuat, serta bukti nyata pengaruhnya di sekolah. Dewan juri menilai ARKA sebagai model pembelajaran yang:
- transformatif,
- berbasis kebutuhan riil,
- memiliki dampak luas,
- mampu diterapkan secara berkelanjutan,
- relevan dengan paradigma pendidikan masa depan.
Ia pun dinobatkan sebagai Juara Terbaik 1 Nasional GTK Transformatif 2025, mengalahkan peserta dari berbagai provinsi lainnya.
Penutup: Cahaya Inspirasi dari Desa
Kemenangan Tri Yulis Irawan menjadi bukti bahwa inovasi pendidikan tidak hanya lahir di perkotaan atau sekolah dengan fasilitas lengkap. Di Kutayasa Bawang — sebuah desa dengan ruang kelas sederhana — tercipta gagasan besar yang mengubah arah pembelajaran literasi.
Tri Yulis berharap ARKA dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru di seluruh Indonesia.
“Saya ingin apa yang saya buat bermanfaat lebih luas, bukan hanya untuk sekolah saya, tetapi untuk pendidikan Indonesia,” ungkapnya.
Banjarnegara layak berbangga. Dari desa, lahir seorang juara nasional yang membawa harapan dan perubahan bagi masa depan pendidikan negeri.
Reporter:Endang Puspitorini
Editor:Andika