Kirab Panji Dan Pusaka: Refleksi 200 Tahun Wonosobo Menuju Daerah Raharja, Adil, Dan Makmur

Headline news - Wonosobo memasuki babak baru sejarah panjangnya. Dua abad bukanlah sekadar hitungan waktu, tetapi cerminan kematangan budaya, kekuatan karakter lokal, dan arah pembangunan yang semakin kokoh. Kirab Panji dan Pusaka menjadi pembuka rangkaian Peringatan Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo, yang digelar penuh khidmat di Halaman Pendopo Kabupaten, Rabu (2/7), sekaligus menandai perjalanan monumental menuju Wonosobo yang lebih unggul dan bermartabat.
Prosesi Pasrah Tampi Panji Miwah Pusaka Pagetan Ambal Warsa Kaping 200 ini tidak hanya menjadi perayaan budaya semata, tetapi juga bentuk nyata pelestarian tradisi dan strategi sosialisasi program-program pembangunan daerah. Momen ini menyatukan semangat lintas generasi dalam satu gerakan besar: membangun Wonosobo berlandaskan kearifan lokal, sejarah, dan gotong royong.
Bupati Wonosobo Tegaskan Komitmen Kolaboratif
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, dalam pidatonya menekankan pentingnya menjadikan peringatan hari jadi sebagai momentum konsolidasi pembangunan yang inklusif, harmonis, dan berbasis budaya.
"Prosesi ini perlu terus dilestarikan, karena bukan hanya membawa manfaat budaya, tetapi juga menjadi pilar sejarah pemerintahan Wonosobo yang tak pernah meninggalkan akar tradisi. Budaya adalah identitas, dan identitas adalah fondasi membangun Wonosobo yang Raharja dalam segala situasi," tutur Bupati Afif dengan penuh semangat.
Beliau juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memperkuat sinergi dengan Pemerintah Daerah demi tercapainya Wonosobo yang Sejahtera, Adil, dan Makmur.
“Pembangunan tidak bisa berjalan sendiri. Dibutuhkan kolaborasi yang solid, menyatukan cipta, rasa, dan karsa, agar Wonosobo terus tumbuh dengan prestasi di segala lini,” imbuhnya.
Makna Simbolik: Dari Panji hingga Pusaka
Prosesi kirab dibuka dengan penyerahan simbol-simbol penting pemerintahan dan budaya Wonosobo:
-
Song-Song Catragung Pangayom, payung klasik yang diserahkan Bupati kepada para camat, melambangkan peran pemimpin sebagai pengayom rakyat dalam menjaga ketentraman dan kesejahteraan.
-
Tombak Korowelang Kantentreman, pusaka yang diwariskan sejak awal berdirinya Wonosobo, diserahkan Kapolres kepada para Kapolsek. Dulu digunakan sebagai alat pertahanan fisik, kini menjadi simbol perjuangan melawan tantangan modern seperti kemiskinan, keterbelakangan, dan kesenjangan sosial.
-
Panji Gegunungin Praja, lambang resmi Kabupaten Wonosobo, diserahkan Ketua DPRD kepada Sekcam se-Kabupaten Wonosobo, menjadi penanda identitas daerah yang kuat.
-
Bendera Merah Putih, sang saka dwi warna, diserahkan Komandan Kodim 0707/Wonosobo kepada Danramil se-Wonosobo, menguatkan posisi Wonosobo sebagai bagian utuh dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kirab ini dimulai dari Kecamatan Kaliwiro, dilanjutkan ke 14 kecamatan lainnya, dan ditutup oleh Kecamatan Kalibawang, sebagai simbol pemerataan semangat pembangunan dan pelestarian budaya ke seluruh penjuru daerah.
Dampak Ekonomi dan Pariwisata Lokal
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Wonosobo, Agus Wibowo, menyampaikan bahwa rangkaian kegiatan Hari Jadi ini tak hanya berfokus pada kemeriahan budaya, tetapi juga diarahkan untuk memberi dampak langsung pada perekonomian masyarakat.
“Kami ingin masyarakat dilibatkan secara aktif dalam setiap prosesi, agar geliat ekonomi lokal pun ikut tumbuh. Kegiatan ini harus menjadi ruang bagi pelaku UMKM, seniman lokal, dan masyarakat umum untuk mendapatkan manfaat nyata,” ungkap Agus.
Rangkaian Hari Jadi ini akan berlanjut dengan kirab budaya di setiap kecamatan, pameran ekonomi kreatif, pertunjukan kesenian, dan berbagai event interaktif yang menyatukan nilai budaya dan potensi ekonomi daerah.
Tema Reflektif: Kukuh dan Unggul Menuju Masa Depan
Peringatan Hari Jadi ke-200 ini mengusung tema:
“DWI ABAD WONOSOBO, KUKUH ING TEMBAYATAN, UNGGUL ING SAMUKAWIS. TUMUJU WONOSOBO RAHARJA, ADIL lan MAKMUR.”
Tema ini merupakan seruan kolektif untuk terus memperkuat ketahanan daerah (tembayatan), membangun keunggulan di segala sektor (samukawis), dan mengarah pada tatanan sosial yang raharja, adil, serta makmur.
Dua Abad Bukan Akhir, Melainkan Awal dari Lompatan Besar
Peringatan dua abad Kabupaten Wonosobo bukanlah sekadar nostalgia masa lalu, melainkan pijakan untuk menatap masa depan. Pemerintah, masyarakat, dan seluruh pemangku kepentingan kini dihadapkan pada tanggung jawab sejarah: melanjutkan perjuangan, merawat budaya, dan menjadikan Wonosobo sebagai daerah yang tak hanya indah dalam narasi, tapi nyata dalam kesejahteraan.
Wonosobo telah membuktikan diri sebagai tanah yang kaya budaya dan tangguh dalam menghadapi zaman. Kini, saatnya bersatu, bergerak bersama, dan melangkah ke abad baru dengan semangat baru.