Restocking Ikan Dan Reforestasi Di Pegunungan Dieng: Kolaborasi Memulihkan Das Serayu
Upaya pemulihan ekologi hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu kembali digelorakan melalui rangkaian kegiatan restocking ikan endemik dan penanaman pohon berskala massif di kawasan Pegunungan Dieng. Program kolaboratif yang melibatkan PLN Indonesia Power, Perum Jasa Tirta I (PJT I), serta Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara ini ditujukan untuk menekan laju sedimentasi, memulihkan kualitas perairan telaga, serta memperpanjang umur layanan infrastruktur sumber daya air.
Latar Belakang: Menahan Laju Sedimentasi dan Memulihkan Hulu
Pemantauan multi-tahun mencatat laju sedimentasi di hulu Serayu mencapai sekitar 3,7 juta meter kubik (m³) per tahun. Intervensi ekologis yang konsisten—khususnya reforestasi dan konservasi tanah—menunjukkan tren perbaikan; hingga September terakhir, terjadi penurunan laju sedimentasi sekitar 100 ribu m³. Dampak ini krusial untuk menjaga kapasitas tampung dan fungsi hidrologis waduk di hilir, termasuk pengendalian banjir, penyediaan air irigasi, dan dukungan energi bersih.
Nasril Ferry Andi, Senior Manager PLN Indonesia Power:
“Penanaman kembali pohon keras di kawasan hulu terbukti menekan erosi dan limpasan sedimen. Efek ikutannya adalah umur layanan waduk kembali pulih menuju target 50 tahun, sembari menjaga keandalan energi dan layanan irigasi.”
Aksi Reforestasi: 40.900 Pohon di 33 Desa
Gerakan penghijauan memusat pada lereng dan sempadan dengan risiko erosi tinggi di 33 desa pada 6 kecamatan di Wonosobo dan Banjarnegara. Total 40.900 pohon ditanam, meliputi:
Aren (tanaman konservasi berdaya serap air baik),
Kopi (tanaman tahunan bernilai ekonomi),
Hijauan pakan ternak (memperkuat ketahanan pakan sekaligus menutup tanah).
Pendekatan ini merangkum tiga tujuan: (1) konservasi tanah dan air, (2) rehabilitasi bentang lahan Dieng, dan (3) penguatan ekonomi warga melalui komoditas produktif yang adaptif di dataran tinggi.
Restocking Ikan Endemik: 30.000 Ekor untuk Menjaga Kebersihan Telaga
Program konservasi perairan dijalankan melalui penebaran 30.000 ekor ikan endemik/ekologis di tiga telaga utama:
20.000 ekor di Telaga Menjer,
5.000 ekor di Telaga Dringo,
5.000 ekor di Telaga Merdada.
Spesies yang ditebar antara lain grass carp (ikan pemakan gulma air) dan nilem. Kedua spesies ini berperan sebagai pengendali hayati eceng gondok dan gulma perairan lain, sehingga mendukung kejernihan dan stabilitas kualitas air telaga secara alami.
Kurdianto, Kepala Divisi Wilayah Sungai Serayu Bogowonto, Perum Jasa Tirta I:
“Restocking ini bukan sekadar menambah populasi ikan, melainkan menata ulang rantai ekologi perairan. Dengan pengendalian gulma secara hayati, telaga bersih, ikan sehat, dan daya tarik wisata meningkat.”
Perspektif Pemerintah: Kolaborasi dan Disiplin Pengelolaan Sampah
Pemerintah daerah menekankan bahwa pemulihan ekosistem air tak terlepas dari perilaku pengelolaan sampah di hulu.
> Endang Lisdyaningsih, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wonosobo:
“Sungai dan telaga adalah indikator kesehatan ekosistem. Jika ikan hidup baik, mutu air terjaga. Karena itu, bukan sampahnya yang disalahkan—kitalah yang wajib bertanggung jawab atas sampah yang kita hasilkan. Kolaborasi lintas pihak harus diterjemahkan menjadi aksi nyata di tingkat individu, komunitas, dan pemerintah.”
Dampak yang Diharapkan
1. Penurunan erosi dan sedimentasi secara progresif di hulu DAS Serayu.
2. Peningkatan kualitas dan kejernihan perairan telaga, mendukung perikanan berkelanjutan dan pariwisata alam.
3. Perpanjangan umur layanan waduk, mengokohkan fungsi pengendalian banjir dan layanan irigasi.
4. Penguatan ekonomi lokal melalui komoditas aren, kopi, dan hijauan pakan ternak.
5. Pemberdayaan masyarakat dalam konservasi berbasis lanskap pegunungan Dieng.
Rangkaian restocking ikan dan reforestasi ini menandai konsistensi langkah pemangku kepentingan di Serayu-Dieng dalam menjaga keberlanjutan lingkungan, energi, dan pangan. Dengan keterlibatan pemerintah, BUMN, pengelola sumber daya air, serta komunitas, target pemulihan ekologi bukan sekadar wacana, melainkan proses terukur yang manfaatnya dirasakan lintas sektor—dari energi bersih, irigasi pertanian, pariwisata, hingga ketahanan ekonomi masyarakat pegunungan.